Dengankata lain, secara khusus teater mengacu kepada aktivitas melakukan kegiatan dalam seni pertunjukan (to act) sehingga tindak- tanduk pemain di atas pentas disebut acting.Istilah acting diambil dari kata Yunani “dran” yang berarti, berbuat, berlaku, atau beraksi.Karena aktivitas beraksi ini maka para pemain pria dalam teater disebut actor dan
PengertianTeater. By Asfihan Posted on April 5, 2022. RuangPengetahuan.Co.Id – Teater merupakan istilah lain dari drama, tetapi berbeda dengan artian secara luas yaitu pertunjukan atau penikmatan dari umum. Disamping itu, kata teater dapat diartikan sebagai sebuah drama cerita yang berupa sebuah naskah yang di pertunjukan di atas panggung
53.1.1 Menyempurnakan Penampilan Wajah. Wajah seorang pemain memiliki kekurangan yang bisa disempurnakan dengan mengaplikasikan tata rias. Seorang pemain, misalnya, memiliki hidung yang kurang mancung, mata yang tidak ekspresif, bibir yang kurang tegas, dan sebagainya. Tata rias bisa menyempurnakan kekurangan tersebut sehingga muncul
DiAthena tempat pertunjukan drama yang terkenal adalah Teater Dionysius yang terdapat di dekat bukit Acropolis, pusat kuil kota Athena. Jenis drama yang berkembang pada masa Yunani Kuno adalah tragedi, satir, komedi lama, dan komedi baru. Setelah tahun 200 SM, kegiatan berkesenian beralih dari Yunani ke Romawi, begitu pula drama.
Perkembanganteater di awal kemerdekaan ini umumnya terdiri atas kisah-kisah perenungan atas jasa, pengorbanan, dan keberanian para pahlawan yang gugur memperjuangkan kemerdekaan. Beberapa karya teater Indonesia periode 1950-an adalah Awal dan Mira (1952), Sayang Ada Orang Lain (1953), dan Hanya Satu Kali (1956).
brDW. Sejarah Perkembangan Teater Di Indonesia Berikut ini adalah sejarah perkembangan teater di Indonesia 1. Teater Tradisional Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di Indonesia 2006 mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual. Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada saat itu, yang disebut “teater”, sebenarnya baru merupakan unsur-unsur teater, dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat lingkungannya. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Macammacam teater tradisional Indonesia adalah wayang kulit, wayang wong, ludruk , lenong, randai, drama gong, arja, ubrug, ketoprak, dan sebagainya. 2. Teater Transisi Modern Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain. Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis, meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story garis besar cerita per adegan. Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi. Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang kemudian berkembang hingga di Betawi Batavia dan mengawali berdirinya gedung Schouwburg pada tahun 1821 Sekarang Gedung Kesenian Jakarta. Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater non-tradisi dimulai sejak Agust Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya pada tahun 1891, yang pementasannya secara teknik telah banyak mengikuti budaya dan teater Barat Eropa, yang pada saat itu masih belum menggunakan naskah drama/lakon. Dilihat dari segi sastra, mulai mengenal sastra lakon dengan diperkenalkannya lakon yang pertama yang ditulis oleh orang Belanda yang berjudul Lelakon Raden Beij Soerio Retno, pada tahun 1901. Kemudian disusul oleh Lauw Giok Lan lewat Karina Adinda, Lelakon Komedia Hindia Timoer 1913, dan lain-lainnya, yang menggunakan bahasa Melayu Rendah. Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti Sandiwara Dardanella The Malay Opera Dardanella yang didirikan Willy Klimanoff alias A. Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan, Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah teater. Yang ada adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru dikenal setelah Zaman Kemerdekaan. 3. Teater Indonesia tahun 1920-an Teater pada masa kesusasteraaan angkatan Pujangga Baru kurang berarti jika dilihat dari konteks sejarah teater modern Indonesia tetapi cukup penting dilihat dari sudut kesusastraan. Naskah-naskah drama tersebut belum mencapai bentuk sebagai drama karena masih menekankan unsur sastra dan sulit untuk dipentaskan. Drama-drama Pujangga Baru ditulis sebagai ungkapan ketertekanan kaum intelektual dimasa itu karena penindasan pemerintahan Belanda yang amat keras terhadap kaum pergerakan sekitar tahun 1930-an. Bentuk sastra drama yang pertamakali menggunakan bahasa Indonesia dan disusun dengan model dialog antar tokoh dan berbentuk sajak adalah Bebasari artinya kebebasan yang sesungguhnya atau inti kebebasan karya Rustam Efendi 1926. Lakon Bebasari merupakan sastra drama yang menjadi pelopor semangat kebangsaan. Lakon ini menceritakan perjuangan tokoh utama Bujangga, yang membebaskan puteri Bebasari dari niat jahat Rahwana. Penulis lakon lainnya, yaitu Sanusi Pane menulis Kertajaya 1932 dan Sandyakalaning Majapahit 1933 Muhammad Yamin menulis Ken Arok dan Ken Dedes 1934. Armiijn Pane mengolah roman Swasta Setahun di Bedahulu karangan I Gusti Nyoman Panji Tisna menjadi naskah drama. Nur Sutan Iskandar menyadur karangan Molliere, dengan judul Si Bachil. Imam Supardi menulis drama dengan judul Keris Mpu Gandring. Dr. Satiman Wirjosandjojo menulis drama berjudul Nyai Blorong. Mr. Singgih menulis drama berjudul Hantu. Lakonlakon ini ditulis berdasarkan tema kebangsaan, persoalan, dan harapan serta misi mewujudkan Indonesia sebagai negara merdeka. Penulis-penulis ini adalah cendekiawan Indonesia, menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia dan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Bahkan Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno, pada tahun 1927 menulis dan menyutradarai teater di Bengkulu saat di pengasingan. Beberapa lakon yang ditulisnya antara lain, Rainbow, Krukut Bikutbi, dan Dr. Setan. 4. Teater Indonesia tahun 1940-an Semua unsur kesenian dan kebudayaan pada kurun waktu penjajahan Jepang dikonsentrasikan untuk mendukung pemerintahan totaliter Jepang. Segala daya kreasi seni secara sistematis di arahkan untuk menyukseskan pemerintahan totaliter Jepang. Namun demikian, dalam situasi yang sulit dan gawat serupa itu, dua orang tokoh, yaitu Anjar Asmara dan Kamajaya masih sempat berpikir bahwa perlu didirikan Pusat Kesenian Indonesia yang bertujuan menciptakan pembaharuan kesenian yang selaras dengan perkembangan zaman sebagai upaya untuk melahirkan kreasi – kreasi baru dalam wujud kesenian nasional Indonesia. Maka pada tanggal 6 oktober 1942, di rumah Bung Karno dibentuklah Badan Pusat Kesenian Indonesia dengan pengurus sebagai berikut, Sanusi Pane Ketua, Mr. Sumanang Sekretaris, dan sebagai anggota antara lain, Armijn Pane, Sutan Takdir Alisjabana, dan Kama Jaya. Badan Pusat Kesenian Indonesia bermaksud menciptakan kesenian Indonesia baru, di antaranya dengan jalan memperbaiki dan menyesuaikan kesenian daerah menuju kesenian Indonesia baru. Langkah-langkah yang telah diambil oleh Badan Pusat Kesenian Indonesia untuk mewujudkan cita-cita kemajuan kesenian Indonesia, ternyata mengalami hambatan yang datangnya dari barisan propaganda Jepang, yaitu Sendenbu yang membentuk badan perfilman dengan nama Djawa Eiga Kosy’, yang dipimpin oleh orang Jepang S. Oya. Intensitas kerja Djawa Eiga Kosya yang ingin menghambat langkah Badan Pusat Kesenian Indonesia nampak ketika mereka membuka sekolah tonil dan drama Putra Asia, Ratu Asia, Pendekar Asia, yang kesemuanya merupakan corong propaganda Jepang. Dalam masa pendudukan Jepang kelompok rombongan sandiwara yang mula-mula berkembang adalah rombongan sandiwara profesional. Dalam kurun waktu ini semua bentuk seni hiburan yang berbau Belanda lenyap karena pemerintah penjajahan Jepang anti budaya Barat. Rombongan sandiwara keliling komersial, seperti misalnya Bintang Surabaya, Dewi Mada, Mis Ribut, Mis Tjitjih, Tjahaya Asia, Warna Sari, Mata Hari, Pancawarna, dan lain-lain kembali berkembang dengan mementaskan cerita dalam bahasa Indonesia, Jawa, maupun Sunda. Rombongan sandiwara Bintang Surabaya tampil dengan aktor dan aktris kenamaan, antara lain Astaman, Tan Ceng Bok Si Item, Ali Yugo, Fifi Young, Dahlia, dan sebagainya. Pengarang Nyoo Cheong Seng, yang dikenal dengan nama samarannya Mon Siour D’amour ini dalam rombongan sandiwara Bintang Surabaya menulis lakon antara lain, Kris Bali, Bengawan Solo, Air Mata Ibu sudah difilmkan, Sija, Murdiati, dan Merah Delima. Rombongan Sandiwara Bintang Surabaya menyuguhkan pementasan-pementasan dramanya dengan cara lama seperti pada masa Dardanella, Komedi Bangsawan, dan Bolero, yaitu di antara satu dan lain babak diselingi oleh tarian-tarian, nyanyian, dan lawak. Secara istimewa selingannya kemudian ditambah dengan mode show, dengan peragawati gadis-gadis Indo Belanda yang cantik-cantik . Menyusul kemudian muncul rombongan sandiwara Dewi Mada, dengan bintang-bintang eks Bolero, yaitu Dewi Mada dengan suaminya Ferry Kok, yang sekaligus sebagai pemimpinnya. Rombongan sandiwara Dewi Mada lebih mengutamakan tari-tarian dalam pementasan teater mereka karena Dewi Mada adalah penari terkenal sejak masa rombongan sandiwara Bolero. Cerita yang dipentaskan antara lain, Ida Ayu, Ni Parini, dan Rencong Aceh. Hingga tahun 1943 rombongan sandiwara hanya dikelola pengusaha Cina atau dibiayai Sendenbu karena bisnis pertunjukan itu masih asing bagi para pengusaha Indonesia. Baru kemudian Muchsin sebagai pengusaha besar tertarik dan membiayai rombongan sandiwara Warna Sari. Keistimewaan rombongan sandiwara Warna Sari adalah penampilan musiknya yang mewah yang dipimpin oleh Garsia, seorang keturunan Filipina, yang terkenal sebagi Raja Drum. Garsia menempatkan deretan drumnya yang berbagai ukuran itu memenuhi lebih dari separuh panggung. Ia menabuh drum-drum tersebut sambil meloncat ke kanan – ke kiri sehingga menarik minat penonton. ceritacerita yang dipentaskan antara lain, Panggilan Tanah Air, Bulan Punama, Kusumahadi, Kembang Kaca, Dewi Rani, dan lain sebagainya. Rombongan sandiwara terkenal lainnya adalah rombongan sandiwara Sunda Mis Tjitjih, yaitu rombongan sandiwara yang digemari rakyat jelata. Dalam perjalanannya, rombongan sandiwara ini terpaksa berlindung di bawah barisan propaganda Jepang dan berganti nama menjadi rombongan sandiwara Tjahaya Asia yang mementaskan ceritacerita baru untuk kepentingan propaganda Jepang. Anjar Asmara, Ratna Asmara, dan Kama Jaya pada tanggal 6 April 1943, mendirikan rombongan sandiwara angkatan muda Matahari. Hanya kalangan terpelajar yang menyukai pertunjukan Matahari yang menampilakan hiburan berupa tari-tarian pada awal pertunjukan baru kemudian dihidangkan lakon sandiwara dari awal hingga akhir. Bentuk penyajian semacam ini di anggap kaku oleh penonton umum yang lebih suka unsur hiburan disajikan sebagai selingan babak satu dengan babak lain sehingga akhirnya dengan terpaksa rombongan sandiwara tersebut mengikuti selera penonton. Lakon-lakon yang ditulis Anjar Asmara antara lain, Musim Bunga di Slabintana, Nusa Penida, Pancaroba, Si Bongkok, Guna-guna, dan Jauh di Mata. Kama Jaya menulis lakon antara lain, Solo di Waktu Malam, Kupu-kupu, Sang Pek Engtay, Potong Padi. Dari semua lakon tersebut ada yang sudah di filmkan yaitu, Solo di Waktu Malam dan Nusa Penida. Pertumbuhan sandiwara profesional tidak luput dari perhatian Sendenbu. Jepang menugaskan Dr. Huyung Hei Natsu Eitaroo, ahli seni drama atas nama Sendenbu memprakarsai berdirinya POSD Perserikatan Oesaha Sandiwara Djawa yang beranggotakan semua rombongan sandiwara profesional. Sendenbu menyiapkan naskah lakon yang harus dimainkan oleh setiap rombongan sandiwara karangan penulis lakon Indonesia dan Jepang, Kotot Sukardi menulis lakon, Amat Heiho, Pecah Sebagai Ratna, Bende Mataram, Benteng Ngawi. Hei Natsu Eitaroo menulis Hantu, lakon Nora karya Henrik Ibsen diterjemahkan dan judulnya diganti dengan Jinak-jinak Merpati oleh Armijn Pane. Lakon Ibu Prajurit ditulis oleh Natsusaki Tani. Oleh karena ada sensor Sendenbu maka lakon harus ditulis lengkap berikut dialognya. Para pemain tidak boleh menambah atau melebih-lebihkan dari apa yang sudah ditulis dalam naskah. Sensor Sendenbu malah menjadi titik awal dikenalkannya naskah dalam setiap pementasan sandiwara. Menjelang akhir pendudukan Jepang muncul rombongan sandiwara yang melahirkan karya ssatra yang berarti, yaitu Penggemar Maya 1944 pimpinan Usmar Ismail, dan D. Djajakusuma dengan dukungan Suryo Sumanto, Rosihan Anwar, dan Abu Hanifah dengan para anggota cendekiawan muda, nasionalis dan para profesional dokter, apoteker, dan lain-lain. Kelompok ini berprinsip menegakkan nasionalisme, humanisme dan agama. Pada saat inilah pengembangan ke arah pencapaian teater nasional dilakukan. Teater tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga untuk ekspresi kebudayaan berdasarkan kesadaran nasional dengan cita-cita menuju humanisme dan religiositas dan memandang teater sebagai seni serius dan ilmu pengetahuan. Bahwa teori teater perlu dipelajari secara serius. Kelak, Penggemar Maya menjadi pemicu berdirinya Akademi Teater Nasional Indonesia di Jakarta. 5. Teater Indonesia Tahun 1950-an Setelah tokohg kemerdekaan, peluang terbuka bagi seniman untuk merenungkan perjuangan dalam tokohg kemerdekaan, juga sebaliknya, mereka merenungkan peristiwa tokohg kemerdekaan, kekecewaan, penderitaan, keberanian dan nilai kemanusiaan, pengkhianatan, kemunafikan, kepahlawanan dan tindakan pengecut, keiklasan sendiri dan pengorbanan, dan lain-lain. Peristiwa tokohg secara khas dilukiskan dalam lakon Fajar Sidik Emil Sanossa, 1955, Kapten Syaf Aoh Kartahadimaja, 1951, Pertahanan Akhir Sitor Situmorang, 1954, Titik-titik Hitam Nasyah Jamin, 1956 Sekelumit Nyanyian Sunda Nasyah Jamin, 1959. Sementara ada lakon yang bercerita tentang kekecewaan paska tokohg, seperti korupsi, oportunisme politis, erosi ideologi, kemiskinan, Islam dan Komunisme, melalaikan penderitaan korban tokohg, dan lain-lain. Tema itu terungkap dalam lakon-lakon seperti Awal dan Mira 1952, Sayang Ada Orang Lain 1953 karya Utuy Tatang Sontani, bahkan lakon adaptasi, Pakaian dan Kepalsuan oleh Akhdiat Kartamiharja 1956 berdasarkan The Man In Grey Suit karya Averchenko dan Hanya Satu Kali 1956, berdasarkan Justice karya John Galsworthy. Utuy Tatang Sontani dipandang sebagai tonggak penting menandai awal dari maraknya drama realis di Indonesia dengan lakonlakonnya yang sering menyiratkan dengan kuat alienasi sebagai ciri kehidupan moderen. Lakon Awal dan Mira 1952 tidak hanya terkenal di Indonesia, melainkan sampai ke Malaysia. Realisme konvensional dan naturalisme tampaknya menjadi pilihan generasi yang terbiasa dengan teater barat dan dipengaruhi oleh idiom Hendrik Ibsen dan Anton Chekhov. Kedua seniman teater Barat dengan idiom realisme konvensional ini menjadi tonggak didirikannya Akademi Teater Nasional Indonesia ATNI pada tahun 1955 oleh Usmar Ismail dan Asrul Sani. ATNI menggalakkan dan memapankan realisme dengan mementaskan lakon-lakon terjemahan dari Barat, seperti karyakarya Moliere, Gogol, dan Chekov. Sedangkan metode pementasan dan pemeranan yang dikembangkan oleh ATNI adalah Stanislavskian. Menurut Brandon 1997, ATNI inilah akademi teater modern yang pertama di Asia Tenggara. Alumni Akademi Teater Nasional yang menjadi aktor dan sutradara antara lain, Teguh Karya, Wahyu Sihombing, Tatiek Malyati, Pramana Padmadarmaya, Galib Husein, dan Kasim Achmad. Di Yogyakarta tahun 1955 Harymawan dan Sri Murtono mendirikan Akademi Seni Drama dan Film Indonesia ASDRAFI. Himpunan Seni Budaya Surakarta HBS didirikan di Surakarta. 6. Teater Indonesia Tahun 1970-an Jim Adi Limas mendirikan Studiklub Teater Bandung dan mulai mengadakan eksperimen dengan menggabungkan unsur-unsur teater etnis seperti gamelan, tari topeng Cirebon, longser, dan dagelan dengan teater Barat. Pada akhir 1950-an JIm Lim mulai dikenal oleh para aktor terbaik dan para sutradara realisme konvensional. Karya penyutradaraanya, yaitu Awal dan Mira Utuy T. Sontani dan Paman Vanya Anton Chekhov. Bermain dengan akting realistis dalam lakon The Glass Menagerie Tennesse William, 1962, The Bespoke Overcoat Wolf mankowitz . Pada tahun 1960, Jim Lim menyutradari Bung Besar, Misbach Yusa Biran dengan gaya longser, teater rakyat Sunda. Tahun 1962 Jim Lim menggabungkan unsur wayang kulit dan musik dalam karya penyutradaraannya yang berjudul Pangeran Geusan Ulun Saini KM., 1961. Mengadaptasi lakon Hamlet dan diubah judulnya menjadi Jaka Tumbal 1963/1964. Menyutradarai dengan gaya realistis tetapi isinya absurditas pada lakon Caligula Albert Camus, 1945, Badak-badak Ionesco, 1960, dan Biduanita Botak Ionesco, 1950. Pada tahun 1967 Jim Lim belajar teater dan menetap di Paris. Suyatna Anirun, salah satu aktor dan juga teman Jim Lim, melanjutkan apa yang sudah dilakukan Jim Lim yaitu mencampurkan unsurunsur teater Barat dengan teater etnis. Peristiwa penting dalam usaha membebaskan teater dari batasan realisme konvensional terjadi pada tahun 1967, Ketika Rendra kembali ke Indonesia. Rendra mendirikan Bengkel Teater Yogya yang kemudian menciptakan pertunjukan pendek improvisatoris yang tidak berdasarkan naskah jadi wellmade play seperti dalam drama-drama realisme. Akan tetapi, pertunjukan bermula dari improvisasi dan eksplorasi bahasa tubuh dan bebunyian mulut tertentu atas suatu tema yang diistilahkan dengan teater mini kata menggunakan kata seminimal mungkin. Pertunjukannya misalnya, Bib Bop dan Rambate Rate Rata 1967,1968. Didirikannya pusat kesenian Taman Ismail Marzuki oleh Ali Sadikin, gubernur DKI jakarta tahun1970, menjadi pemicu meningkatnya aktivitas, dan kreativitas berteater tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di kota besar seperti Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Padang, Palembang, Ujung Pandang, dan lain-lain. Taman Ismail Marzuki menerbitkan 67 enam puluh tujuh judul lakon yang ditulis oleh 17 tujuh belas pengarang sandiwara, menyelenggarakan festival pertunjukan secara teratur, juga lokakarya dan diskusi teater secara umum atau khusus. Tidak hanya Stanislavsky tetapi nama-nama seperti Brecht, Artaud dan Grotowsky juga diperbincangkan. Di Surabaya muncul bentuk pertunjukan teater yang mengacu teater epik Brecht dengan idiom teater rakyat kentrung dan ludruk melalui Basuki Rahmat, Akhudiat, Luthfi Rahman, Hasyim Amir Bengkel Muda Surabaya, Teater Lektur, Teater Melarat Malang. Di Yogyakarta Azwar AN mendirikan teater Alam. Mohammad Diponegoro dan Syubah Asa mendirikan Teater Muslim. Di Padang ada Wisran Hadi dengan teater Padang. Di Makasar, Rahman Arge dan Aspar Patturusi mendirikan Teater Makasar. Lalu Teater Nasional Medan didirikan oleh Djohan A Nasution dan Burhan Piliang. Tokoh-tokoh teater yang muncul tahun 1970-an lainnya adalah, Teguh Karya Teater Populer, D. Djajakusuma, Wahyu Sihombing, Pramana Padmodarmaya Teater Lembaga, Ikranegara Teater Saja, Danarto Teater Tanpa Penonton, Adi Kurdi Teater Hitam Putih. Arifin C. Noor Teater Kecil dengan gaya pementasan yang kaya irama dari blocking, musik, vokal, tata cahaya, kostum dan verbalisme naskah. Putu Wijaya teater Mandiri dengan ciri penampilan menggunakan kostum yang meriah dan vokal keras. Menampilkan manusia sebagai gerombolan dan aksi. Fokus tidak terletak pada aktor tetapi gerombolan yang menciptakan situasi dan aksi sehingga lebih dikenal sebagai teater teror. N. Riantiarno Teater Koma dengan ciri pertunjukan yang mengutamakan tata artistik glamor. 7. Teater Indonesia Tahun 1980 – 1990-an Tahun 1980-1990-an situasi politik Indonesia kian seragam melalui pembentukan lembaga-lembaga tunggal di tingkat nasional. Ditiadakannya kehidupan politik kampus sebagai akibat peristiwa Malari 1974. Dewan-dewan Mahasiswa ditiadakan. Dalam latar situasi seperti itu lahir beberapa kelompok teater yang sebagian merupakan produk festival teater. Di Jakarta dikenal dengan Festival Teater Jakarta sebelumnya disebut Festival Teater Remaja. Beberapa jenis festival di Yogyakarta, di antaranya Festival Seni Pertunjukan Rakyat yang diselenggarakan Departemen Penerangan Republik Indonesia 1983. Di Surabaya ada Festival Drama Lima Kota yang digagas oleh Luthfi Rahman, Kholiq Dimyati dan Mukid F. Pada saat itu lahirlah kelompok-kelompok teater baru di berbagai kota di Indonesia. Di Yogyakarta muncul Teater Dynasti, Teater Jeprik, Teater Tikar, Teater Shima, dan Teater Gandrik. Teater Gandrik menonjol dengan warna teater yang mengacu kepada roh teater tradisional kerakyatan dan menyusun berita-berita yang aktual di masyarakat menjadi bangunan cerita. Lakon yang dipentaskan antra lain, Pasar Seret, Meh, Kontrang- kantring, Dhemit, Upeti, Sinden, dan Orde Tabung. Di Solo Surakarta muncul Teater Gapit yang menggunakan bahasa Jawa dan latar cerita yang meniru lingkungan kehidupan rakyat pinggiran. Salah satu lakonnya berjudul Tuk. Di samping Gapit, di Solo ada juga Teater Gidaggidig. Di Bandung muncul Teater Bel, Teater Republik, dan Teater Payung Hitam. Di Tegal lahir teater RSPD. Festival Drama Lima Kota Surabaya memunculkan Teater Pavita, Teater Ragil, Teater Api, Teater Rajawali, Teater Institut, Teater Tobong, Teater Nol, Sanggar Suroboyo. Di Semarang muncul Teater Lingkar. Di Medan muncul Teater Que dan di Palembang muncul Teater Potlot. Dari Festival Teater Jakarta muncul kelompok teater seperti, Teater Sae yang berbeda sikap dalam menghadapi naskah yaitu posisinya sejajar dengan cara-cara pencapaian idiom akting melalui eksplorasi latihan. Ada pula Teater Luka, Teater Kubur, Teater Bandar Jakarta, Teater Kanvas, Teater Tetas selain teater Studio Oncor, dan Teater Kami yang lahir di luar produk festival Afrizal Malna,1999. Aktivitas teater terjadi juga di kampus-kampus perguruan tinggi. Salah satu teater kampus yang menonjol adalah teater Gadjah Mada dari Universitas Gadjah Mada UGM Yogyakarta. Jurusan teater dibuka di Institut Seni Indonesia ISI Yogyakarta pada tahun 1985. ISI menjadi satu-satunya perguruan tinggi seni yang memiliki program Strata 1 untuk bidang seni teater pada saat itu. Aktivitas teater kampus mampu menghidupkan dan membuka kemungkinan baru gagasan-gagasan artistik. 8. Teater Kontemporer Indonesia Teater Kontemporer Indonesia mengalami perkembangan yang sangat membanggakan. Sejak munculnya eksponen 70 dalam seni teater, kemungkinan ekspresi artistik dikembangkan dengan gaya khas masingmasing seniman. Gerakan ini terus berkembang sejak tahun 80- an sampai saat ini. Konsep dan gaya baru saling bermunculan. Meksipun seni teater konvensional tidak pernah mati tetapi teater eksperimental terus juga tumbuh. Semangat kolaboratif yang terkandung dalam seni teater dimanfaatkan secara optimal dengan menggandeng beragam unsur pertunjukan yang lain. Dengan demikian, wilayah jelajah ekspresi menjadi semakin luas dan kemungkinan bentuk garap semakin banyak.
Teater merupakan salah satu seni peran yang dipentaskan di panggung untuk ditonton umum. Seperti apa awal kemunculan dan perkembangannya? - Kids, pernahkah kamu menyaksikan pentas atau pertunjukan teater? Teater merupakan salah satu jenis pertunjukan seni peran yang ditampilkan di atas panggung dengan membawakan cerita atau skenario tertentu. Teater merupakan salah satu jenis seni yang cukup populer dan banyak digemari oleh para penikmat seni yang menyukai keindahan yang menyentuh hati. Teater menggunakan bakat atau kemampuan aktris atau aktornya untuk melakukan berbagai adegan yang memerlukan kemampuan akting, bernyanyi, menari mengikuti koreografi, dan masih banyak lagi. Istilah teater berasal dari kosa kata bahasa Yunani yaitu theatron yang berarti tempat untuk menonton. Umumnya teater akan dipentaskan di atas panggung atau gedung yang bisa digunakan untuk pementasan drama dengan dekorasi yang menyusaikan skenario drama yang dibuat. Lalu, seperti apakah sejarah kemunculn seni teater yang populer di seluruh dunia ini? Yuk, simak uraian penjelasan lengkapnya di bawah ini, Kids. Sejarah Kemunculan Seni Teater Meski enggak ada sumber tepat kapan pertama kalinya seni teater muncul atau ditemukan, sejarah mencatat temuan tentang naskah teater pada masa lampau. Dilansir dari temuan naskah teater tertua merupakan karya seorang pendeta Mesir bernama I Kher-nefert yang berasal dari peradaban Mesir Kuno sekitar SM. Pada masa itu peradaban Mesir sudah menjadi peradaban maju karena masyarakat Mesir Kuno kala itu sudah mengenal pembangunan piramida dan mengenal sistem pengairan atau irigasi. Baca Juga Pementasan Drama Mengenal Struktur dan Kaidah Kebahasaannya Artikel ini merupakan bagian dari Parapuan Parapuan adalah ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Perkembangan teater nontradisional di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1 Periode Opera Abdul Muluk Mengapa dikatakan periode Abdul Muluk? Karena pada zaman ini terdapat sebuah opera yang bernama Opera Abdul Muluk. Opera Abdul Muluk ini berisi cerita, pantun, dan syair berbahasa Melayu. Periode ini tidak mengalami perkembangan yang signifikan. Bahkan, opera ini dapat dikatakan mati. 2 Periode Pembenihan Pertama 1891 Seperti halnya periode sebelumnya, periode ini ditandai dengan adanya sebuah teater yang berbentuk orkes stambul. Orkes ini merupakan sebuah pertunjukan yang berbentuk opera atau drama musik. Cerita yang dibawa-kannya berupa kisah atau hikayat yang berasal dari Persia, seperti Seribu Satu Malam, Ali Baba, dan Abu Nawas. Selain cerita dari Persia, terkadang orkes stambul ini membawakan kisah dari Eropa dan India. Meskipun mengambil cerita atau kisah dari luar negeri, ceritanya telah disesuaikan dengan keadaan atau realitas sehingga ceritanya sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia. 3 Periode Pembenihan 1926 Periode pembenihan ditandai dengan adanya film Eropa yang masuk ke Indonesia. Para seniman Indonesia menyalurkan kreativitasnya dengan cara mengadopsi cerita dari luar Nusantara. Salah satu bentuk pertunjukan dalam periode ini adalah Dardanella yang dipimpin oleh Andjar Asmara. Dardanella ini merupakan sebuah sandiwara opera dalam bahasa Melayu-Tionghoa. Periode ini dapat dikatakan sebagai titik tolak kemajuan teater Nusantara karena sudah menggunakan cerita dalam bentuk struktur lakon. Cerita yang sering dipertunjukkan dalam periode ini yaitu cerita yang berbentuk roman. 4 Periode Pembangkitan 1926-1942 Tentunya kamu sudah tahu bahwa pada masa ini rasa nasionalisme sangat tinggi. Nah, dari kesadaran nasionalisme ini lahirlah cerita yang bertema kepahlawanan dan romantik-idealistis. Kreativitas para seniman pun bermunculan. Hal ini terbukti dari menjamurnya kelompok kecil sandiwara di seluruh Nusantara. Selain itu, ceritanya disusun sendiri dalam bentuk lakon. Tokoh yang terkenal pada periode ini adalah Rustam Efendi dan Sanusi Pane. 5 Periode Pembangunan 1942-1945 Tidak berbeda jauh dengan masa sebelumnya, rasa nasionalisme melekat dalam periode ini. Waktu itu, arena pertunjukan menjadi wadah pergerakan kemerdekaan. Mengapa pada masa periode ini tumbuh subur teater? Karena masa penjajahan Jepang dibuka seluas-luasnya kegiatan yang menyangkut kebudayaan. Teater yang sangat berpengaruh ketika itu adalah Mayo. Tokoh teater pada masa ini adalah Usmar Ismail, Idrus, dan El Hakim. Cerita yang melekat dalam periode ini adalah romantisme perjuangan. 6 Periode Awal Perkembangan 1945-1960 Sebagai kelanjutan dari periode sebelumnya, pada masa ini bermunculan seniman yang berkonsentrasi dalam teater. Ketika itu banyak tokoh yang sangat terkenal, di antaranya Utuy Tatang Sontani, Motinggo Busye, Kirjomulyo, Nasjah Djamin, dan B. Sularto. Cerita dalam periode ini mengangkat tema romantik-realistis yang diperkaya dengan lakon-lakon daerah yang diolah kembali. 7 Periode Produktif 1955-1965 Sesuai dengan nama periodenya, masa ini sangat produktif dalam pengembangan seni teater. Selain teater, bermunculan pula sekolah teater seperti ATNI, STB, Teater Indonesia, HSBI, dan Teater Muslim. Pada periode ini, pertunjukannya sudah menggunakan lakon-lakon saduran seperti Hamlet. 8 Periode Kontemporer 1965-kini Periode ini dapat disebut juga periode pembebasan. Periode pembebasan ini dapat dilihat dari bentuk teater yang tersendiri tanpa terikat dari berbagai kaidah. Selain cerita yang ditulis sendiri, berbagai saduran dan terjemahan pun mulai banyak dipentaskan dengan bentuk yang bervariasi. Tentunya hal ini menambah semarak khazanah seni teater di Nusantara. Tokoh yang muncul dalam periode ini di antaranya Teguh Karya dengan grup teater Populer, Rendra dengan grup teater Rendra, N. Riantriarno dengan grup teater Koma, dan masih banyak lagi grup teater lainnya. Pada periode ini juga ditandai dengan banyaknya penulis cerita lakon yang berperan ganda sebagai sutradara.
Berisikan pokok bahasan materi yang sama dengan Contoh Soal PG Seni Budaya Kelas 11 Semester 1 K13 Beserta Jawaban bagian ke-7 soal nomor 61-70 dan essay SBK bagian ke-7, pilihan ganda kelas xi semester satu bagian kedelapan dimulai dari soal nomor 71, seperti berikut ini 71. Pengertian teater adalah…. a. segala pertunjukkan yang dipentaskan di depan orang banyak b. cerita tentang hidup dan kehidupan manusia yang dipentaskan di depan orang banyak menggunakan naskah c. semua gedung yang dibuat untuk mementaskan pertunjukkan teater d. teater yang ditonton oleh orang banyak e. teater yang jumlah pemainnya lebih dari satu orang Jawaban a 72. Urutan kejadian dalam suatu drama disebut…. a. naskah b. alur c. penokohan d. perwatakan e. tema Jawaban b Pembahasan dalam drama terdapat banyak unsur. Salah satu dari unsur tersebut adalah alur. Alur merupakan jalan cerita atau urut-urutan peristiwa dalam drama. Alur terdiri dari banyak jenis. 73. Pemilihan seorang pemain berdasarkan ciri fisik pemain disebut…. a. perwatakan b. alur c. penokohan d. mimik e. karakter Jawaban e 74. Latihan keseluruhan yang dilakukan secara lengkap, rinci, dan urut sebelum pementasan disebut…. a. gladi kotor b. gladi bersih c. pementasan d. bagian per bagian e. latihan dialog Jawaban a Pembahasan gladi kotor adalah latihan secara keseluruhan, tetapi bukan secara rinci dan urut. Penghitungan waktu bermain juga belum dilakukan secara cermat. Tujuan gladi kotor adalah untuk memantapkan latihan sebelum memasuki gladi bersih. 75. Posisi pemeran di atas panggung, sehingga akting dapat dinikmati oleh penonton dengan baik disebut…. a. blocking b. mimik c. akting d. gestur e. vokal Jawaban a Pembahasan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat di atas pentas. Teknik blocking memungkinkan posisi pemeran diatas panggung sehingga akting dapat dinikmati oleh penonton dengan baik. 76. Kemuculan banyak naskah teater, yaitu pada periode….. a. kontemporer b. produktif c. perkembangan d. pembangunan e. tradisional Jawaban a 77. Periode di mana banyak cerita saduran dan terjemahan mulai banyak dipentaskan adalah…. a. kontemporer b. modern c. pertumbuhan d. pembenihan e. rakyat Jawaban d Pembahasan periode ini ditandai dengan mulai masuknya film-film Eropa. Masuknya film impor tersebut mendorong seniman-seniman Indonesia untuk mengadopsi cerita dari luar Nusantara. 78. Pemain teater dalam manajemen teater harus menerapkan prinsip kerja sama karena…. a. karya teater merupakan karya tim b. seorang pemain sangat mandiri c. seorang pemain sangat berbakat d. seorang pemain tidak memerlukan orang lain e. teater dapat dilakukan siapa saja Jawaban a 79. Menentukan tema merupakan salah satu langkah….teater a. merancang naskah b. persiapan tempat c. persiapan pemain d. persiapan pementasan e. evaluasi Jawaban a 80. Pendekatan yang dilakukan dengan mengumpulkan keterangan, informasi, dan mengamati tokoh yang akan diperankan disebut…. a. observasi b. adaptasi c. kepaduan d. kerja sama e. analisis Jawaban a Pembahasan observasi merupakan peninjauan secara cermat Lanjut ke soal Penilaian Akhir Semester Satu => Contoh Soal UAS/PAS Seni Budaya Kelas 11 Semester K13 Beserta Jawaban Thanks for reading Contoh Soal PG Seni Budaya Kelas 11 Semester 1 K13 Beserta Jawaban ~ Part-8
“Teater merupakan salah satu ragam seni pertunjukan yang tak pernah lekang oleh waktu. Keberadaan dan sejarah teater sudah ada sejak zaman dahulu hingga saat ini. Berikut ini adalah serba-serbi teater yang wajib kita tahu.” Berita Pendidikan – Teater berasal dari bahasa Yunani “theatron” θέαρον yang berarti tempat atau suatu gedung pertunjukan. Dalam bahasa Inggris, teater disebut “theatre” dan “théâtre” dalam bahasa Prancis. Teater merupakan salah satu ragam seni bermain peran atau drama yang menampilkan suatu cerita kehidupan nyata di atas suatu pagelaran atau pentas. Oleh Veronika Penulis Berita PendidikanOrang-orang kerap menyamakan teater dengan drama, padahal keduanya berbeda. Drama merupakan salah satu karya sastra hasil dari penggambaran tingkah laku manusia melalui gerak tubuh, sementara teater adalah semua tontonan yang ditampilkan di depan banyak cerita drama cenderung melukiskan realita suatu kehidupan, watak dan tingkah laku manusia. Sedangkan alur cerita teater dapat terbentuk dari suatu drama yang terkenal dengan sebutan proses teater atau berteater. Daftar IsiSejarah drama Teater di duniaSejarah teater di IndonesiaSejarah Teater Setelah KemerdekaanJenis Teater Dalam PementasanTeater dramatikTeater gerakDrama musikalTeater bonekaUnsur Utama Dalam teaterSutradaraPemainNaskahPropertiPenataanUnsur Eksternal dalam TeaterDirektorProduserStage managerDesainerCrewAsisten sutradaraFungsi TeaterTeater sebagai media ekspresiTeater sebagai media pendidikanTeater sebagai sarana hiburanTeater sebagai keperluan upacaraTeknik Bermain TeaterContoh Teater Tradisional dan ModernTeater tradisional dan sejarahTeater modern Sejarah drama Teater di duniaSebelumnya sudah disebutkan bahwa teater berasal dari kata “theatron” dari bahasa Yunani. Ternyata theatron terbentuk dari kata lain, yaitu “theaomai” yang memiliki arti “melihat”. Oleh sebab itu, teater berarti suatu gedung tempat menyaksikan teater ternyata bermula dari zaman Yunani Kuno yang terbukti setelah adanya penemuan arkeologi dan berbagai catatan lukisan dinding, artefak, dekorasi dan hieroglif tentang beragam adegan, salah satunya adalah upacara keagamaan, festival dan nyanyian sebagai penghormatan kepada dewa. Masa teater Yunani Kuno berlangsung sekitar tahun 534 Sebelum tahun Masehi hingga Masehi, terjadi perkembangan teater Zaman Reneisance di Inggris dan Zaman Renaisance di Zaman Renaisance di Inggris, banyak para dramawan yang lahir dengan karya-karya yang luar biasa. Karya yang lahir dan besar pada zaman itu merupakan hasil pikiran Wiliams Shakespeare, seperti Romeo and Juliet, Hamlet, Machbeth dan masih banyak Prancis, Zaman Renaisance banyak mengambil hikmah dari teater zaman Yunani Kuno yang berjaya kala itu. Masyarakat di sana menamainya sebagai Neo Klasik atau Klasik Baru dengan ciri khas gaya yang lebih lembut, anggun dan satu pengarang yang terkenal era tersebut adalah Moliere dan karyanya yang berjudul Tartuffe, The Misanthrope dan masih banyak Juga Beritaku Theater Tradisional Indonesia Termasuk Ciri-Ciri dan ContohnyaSejarah teater di IndonesiaDi Indonesia, kemunculan teater berawal sejak Zaman Hindu. Pelaksanaan upacara adat agama tersebut kemudian menjadi mula teater sebagai seni pertunjukan suku dan budaya serta keinginan masyarakat ingin melepaskan diri dari unsur teater dalam pelaksanaan upacara adat merupakan tonggak lahirnya teater tradisional Indonesia. Beberapa di antaranya adalah lenong, ludruk, wayang kulit, ketoprak, arja, dan masih banyak pengaruh budaya lain ke Indonesia berhasil melahirkan teater transisi atau teater moderen. Sentuhan teknik teater barat dari para penjajah Belanda pada tahun 1805 turut mewarnai teater teater transisi juga terus berlangsung, terbukti dengan adanya pembangunan Gedung Kesenian Jakarta, Komedie Stamboel dan Sandiwara Dardanella hingga zaman penjajahan Jepang. Pada masa itu, terdapat Sandiwara Orion dan Komidi tahun 1920-an, Indonesia memiliki banyak Pujangga Baru yang menulis banyak kisah penjajahan dan penindasan. Penggunaan bahasa Indonesia pada bentuk dialog antar tokoh dan sajak terpakai pada unsur teater periode sekitar periode tahun 1930-an, teater yang berkisah penindasan masih ada namun bertambah warna dengan sentuhan kisah mistis dan cerita Supriadi, Mr, Singgih, Dr, Satiman Wirtosandjojo dan Ir. Soekarno menjadi tokoh penulis cerita pada periode Teater Setelah KemerdekaanPeriode tahun 1940-an teater berkembang selama penjajahan Jepang. Berlanjut hingga periode tahun 1950-an sebagai perkembangan teater pada masa awal tahun 1960 hingga 1970-an kreasi teater dengan tarian, dagelan dan unsur etnis lain mulai menarik minat periode terakhir perkembangan teater di Indonesia terbagi menjadi periode tahun 1980 hingga 1990-an dan teater kontemporer periode tahun 1980-1990-an, teater berkembang dan mulai berdiri lembaga khusus untuk seni tersebut. Sementara teater kontemporer Indonesia memberikan unsur teater konvensional dan eksperimental dengan jangkauan ekspresi lebih Teater Dalam PementasanKesenian Wayang OrangDi dalam pementasan, teater setidaknya terbagi menjadi empat macam. Berikut ini merupakan penjelasan dari jenis-jenis dramatikTeater dramatik adalah pertunjukan teater yang mementaskan drama yang diperankan para pemainnya. Pada teater dramatik, perubahan karakter secara psikologis, situasi cerita dan latar belakang harus gerakTeater gerak adalah pertunjukan teater yang menggunakan gerak serta ekspresi wajah dan tubuh pemainnya sebagai unsur utama. Nyaris seperti pertunjukan pantomim, teater gerak juga membatasi atau menghilangkan musikalDrama musikal adalah pertunjukkan teater hasil dari gabungan seni musik, tari dan akting. Unsur musik, nyanyian dan gerak lebih utama dibandingkan dengan dialog para pemainnya. Pertunjukan kabaret adalah istilah drama musikal yang terkenal di panggung bonekaTernyata, teater boneka sudah ada sejak zaman dahulu. Terbukti dari peninggalan di makam-makam India Kuno, Yunani dan mesir. Teater boneka merupakan pertunjukan teater yang menggunakan ragam boneka sebagai visualisasi para pelaku. Boneka yang kerap digunakan adalah boneka tangan, boneka tongkat dan boneka Juga Beritaku Keunikan Teater Definisi, Sejarah, Ciri Serta 3 Teknik Latihan Pra PentasUnsur Utama Dalam teaterAgar teater terselenggara dengan baik maka unsur-unsur di dalamnya harus lengkap dan terorganisir. Di dalam teater terdapat dua unsur utama, yaitu unsur internal dan internal pada teater adalah segala sesuatu yang mendukung pertunjukan dari dalam. Unsur internal teater terdiri dari sutradara, pemain, naskah, properti dan adalah orang yang memimpin sekaligus mengatur pembuatan teater secara teknis dan atau pemain teater adalah orang yang berperan di dalam pertunjukan teater sebagai tokoh tertentu. Pemain terbagi menjadi tiga jenis, yaitu pemeran utama, pemeran pembantu dan pemeran tambahan. Pemain di dalam teater menghasilkan unsur gerak dan suara sesuai dengan jenis teater yang atau skenario adalah teks berisi kisah lengkap dengan nama tokoh serta adalah perlengkapan yang mendukung pementasan teater. Di dalam gelaran teater, biasanya properti bisa berupa kursi, meja, hiasan ruang dan masih banyak dalam teater, penataan mengarah para seluruh pekerja yang mendukung terwujudnya pertunjukan itu. Beberapa di antaranya ialah, tata busana, rias, lampu, dan Eksternal dalam TeaterUnsur eksternal teater adalah bagian yang bertanggung jawab untuk mengurus segala sesuatu di luar pementasan. Beberapa unsur staf eksternal teater, yaitu direktor, produser, stage manager, desainer, crew dan adalah orang yang bertugas untuk memimpin koordinasi pelaksanaan pertunjukan teater, membawa naskah, serta mempersiapkan para dalam teater adalah orang yang bertanggung jawab untuk mengurus produksi secara keseluruhan serta menetapkan berbagai anggaran, program kerja, serta mengurus kepanitiaan dan posisi di managerStage manager atau manajer panggung adalah orang yang bertugas untuk memimpin panggung dan membantu direktor atau sutradara. DesainerDesainer adalah orang yang bertugas untuk mempersiapkan aspek visual dalam pertunjukan teater, seperti setting, properti, perlengkapan dan tata suara atau kru adalah orang yang membantu menyelenggarakan teater sesuai dengan bagiannya. Beberapa kru penting yang harus ada di dalam teater, yaitu pentas, tata lampu, tata suara musik, dan sutradaraAsisten sutradara adalah orang yang membantu sutradara dalam memilih naskah, aktor dan semua hal yang diperlukan oleh sutradara atau direktor. Fungsi TeaterDalam praktiknya, teater memiliki empat fungsi utama. Berikut ini adalah fungsi teaterTeater sebagai media ekspresiSebagai wujud suatu karya seni, teater berfungsi sebagai media ekspresi melalui gerak-gerik atau perilaku serta dialog atau sebagai media pendidikanTeater sebagai media pendidikan merupakan wujud seni kolektif sehingga pertunjukannya harus melibatkan banyak orang. Di dalam pertunjukan teater, pesan positif dari suatu cerita akan tersampaikan kepada penonton melalui permainan para sebagai sarana hiburanPenonton yang terhibur di dalam pertunjukan teater merupakan salah satu wujud dari fungsi teater sebagai sarana hiburan. Oleh sebab itu, semua elemen di dalam teater harus bekerja keras untuk memberikan penampilan yang maksimal selama sebagai keperluan upacaraTeater sebagai keperluan upacara biasanya berhubungan erat dengan persembahan kepada dewa tertentu. Di Indonesia, fungsi tersebut lekat dengan teater tradisional tanpa penonton, Hal tersebut karena peserta upacara adalah bagian dari anggota Bermain TeaterTeknik bermain teater terbagi menjadi tiga, yaitu olah tubuh, olah suara dan olah tubuh adalah latihan yang berguna untuk mendukung kemampuan pemain teater dalam mewujudkan penampilan akting yang suara adalah latihan yang berguna untuk mengolah suara para pemain teater sehingga penguasaan intonasi, diksi dan artikulasi dalam dialog dapat terucap dengan rasa adalah latihan yang berguna untuk mencapai keindahan dan keterampilan pemain teater dalam mewujudkan berbagai emosi, perasaan dan pikiran dari sosok yang diperankannya. Baca Juga Beritaku Tulisan Yang Merangkum, Tanya Jawab Seputar Drama Teater, PementasanContoh Teater Tradisional dan ModernKelas teater berbeda-beda, ada yang memiliki aliran tradisional dan ada yang tradisional dan sejarahDi Indonesia, teater tradisional punya istilah lain, yaitu teater daerah. Teater tradisional adalah suatu pertunjukan teater yang pemainnya berasal dari daerah itu dan mengisahkan tentang cerita zaman dahulu atau suatu keprihatinan masyarakat di juga sesuai dengan adat dan mencirikan daerah serta kebudayaan lingkungannya. Beberapa contoh teater tradisional antara lainWayang merupakan teater tradisional yang berkembang di Pulau Jawa dan gong merupakan teater di Bali yang mencampurkan unsur teater modern Barat dan teater tradisional dari merupakan teater tradisional masyarakat Minangkabau yang dipentaskan secara beregu dan menceritakan tentang cerita rakyat dari Sumatera merupakan teater tradisional dari Kalimantan Selatan yang berasal dari Kesenian Badamuluk pada tahun merupakan teater tradisional dari Sunda yang menekankan pada tarian ogel atau merupakan teater tradisional yang populer di Yogyakarta dan Jawa merupakan teater tradisional dari Jawa Timur yang semua pemainnya berjenis kelamin merupakan teater tradisional dari Betawi yang berasal dari Lien Ong, seorang saudagar dari merupakan teater tradisional dari modernTeater modern adalah pertunjukan teater yang berkembang di kota dan terpengaruh oleh teori dari dunia Barat. Berikut ini merupakan contoh teater Koma adalah grup teater milik Teguh Populer adalah grup teater yang berdiri atas prakarsa Nano Kecil adalah grup teater milik Arifin C. Mandiri adalah grup teater milik Putu Wijaya.
kemunculan banyak naskah teater yaitu pada periode