Sebelum Wiro Saksana siuman, Eyang Sinto Gendeng sudah mencabuti jarum-jarum putih di dada pemuda itu, juga jarum-jarum hitam di telapak tangan kanan Wiro. Dan ketika Wiro sadarkan diri maka dilihatnya di kulit dadanya terukir deretan angka-angka 212 berwarna hitam kebiruan. Angka-angka yang sama juga juga terdapat di telapak tangannya. 1. Mengenang Kembali Karya-Karya Legendaris. Baca komik jadul memberikan kesempatan bagi kita untuk mengenang kembali karya-karya legendaris yang pernah ada di Indonesia sejak puluhan tahun yang lalu. Dengan membaca karya-karya tersebut, kita bisa merasakan nostalgia dan keindahan dari karya-karya yang pernah ada di masa lalu. 2. Keren! 2. Punya banyak guru. Wiro bisa menguasai banyak jurus silat karena ia belajar pada guru yang paling berjasa dalam hidupnya, Sinto Gendeng. Gak heran kan, kalau Guru Sinto Gendeng ini justru dianggap sebagai satu-satunya guru bagi Wiro. Padahal, faktanya, Sinto Gendeng bukanlah satu-satunya guru bagi Wiro. Cepat sekali,” kata Vino Giovani Bastian, aktor sohor sekaligus anak bungsu Bastian Tito, bercerita tentang proses kreatif cerita silat (cersil) Wiro Sableng kepada Historia. Vino mengungkapkan dirinya saat itu masih berusia anak sekolah dasar. “Tahun 80-an ya, saya ingat Bapak saya itu menulis Wiro Sableng ketika anak-anaknya mulai tidur Hanya Purnama seorang yang tidak bisa memicingkan mata. Banyak hal memenuhi dan membuncah jalan pikirannya. Pertama sakitnya Pendekar 212 Wiro Sableng. Meski kini peredaran darah Wiro sudah berhasil disembuhkan, namun penyakit yang kelak bakal menyengsarakan dirinya masih mendekam dalam tubuhnya. CaK2.

baca cerita wiro sableng